Hubungan Diabetes dengan Kematian Akibat Semua Penyebab dan Penyebab Spesifik di Asia
Pendahuluan
Epidemi diabetes di seluruh dunia udah nyebar cepat banget ke semua negara di Asia. Sekarang ini, lebih dari 230 juta orang Asia hidup dengan diabetes, yang mencakup sekitar 55% dari populasi diabetes global, dan diprediksi bakal tembus 355 juta orang pada tahun 2040. Dua negara Asia, Tiongkok dan India, jadi tempat dengan jumlah pasien diabetes terbesar di dunia (masing-masing 110 juta dan 69,2 juta). Negara-negara Asia lainnya kayak Indonesia, Jepang, dan Bangladesh juga masuk dalam daftar negara dengan jumlah pasien diabetes terbanyak di dunia. Mengingat prevalensi obesitas yang makin meningkat dan gaya hidup kebarat-baratan yang makin ngetren di sebagian besar negara Asia, terutama negara berkembang, epidemi diabetes ini kemungkinan besar bakal terus nambah beban sistem kesehatan publik di seluruh Asia.
Hubungan Diabetes dengan Kematian Akibat Semua Penyebab dan Penyebab Spesifik di Asia |
Ada bukti baru yang menunjukkan kalau diabetes di Asia punya ciri-ciri unik: dibandingin dengan orang Barat, orang Asia cenderung kena diabetes di usia yang lebih muda dan pada BMI yang lebih rendah, plus risiko buat dapet komplikasi yang lebih besar, yang bisa bikin kematian dini. Selain itu, ada perbedaan dalam genetika, faktor sosial-ekonomi, dan pendekatan manajemen diabetes antara Asia dan benua lain, yang bisa bikin pengaruh diabetes terhadap kematian di Asia jadi bervariasi. Tapi, studi yang secara prospektif ngukur hubungan diabetes dengan semua penyebab dan kematian penyebab spesifik di populasi Asia masih terbatas. Dalam analisis gabungan dari 22 studi kohort prospektif ini, kita menilai hubungan diabetes dengan semua penyebab dan kematian penyebab spesifik pada lebih dari 1 juta individu Asia dari berbagai negara dan wilayah, serta nyelidikin lebih lanjut modifikasi efek potensial dari hubungan diabetes-kematian berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, BMI, dan status merokok peserta.
Hasil Analisis
Jadi nih, hasil dari gabungan data lebih dari 1 juta orang dari 22 studi kohort di Asia menunjukkan kalau diabetes itu beneran bikin risiko kematian dari berbagai penyakit makin gede, terutama diabetes sendiri, penyakit ginjal, penyakit jantung koroner, dan stroke iskemik. Nah, pengaruhnya ini beda-beda tergantung jenis kelamin, umur, BMI, dan apakah orang itu ngerokok atau nggak. Cewek dan orang paruh baya punya risiko kematian yang lebih tinggi karena diabetes, penyakit kardiovaskular (CVD), penyakit jantung koroner, stroke iskemik, dan penyakit ginjal dibandingin cowok dan orang yang lebih tua. Terus, di kalangan cewek, risiko kematian karena diabetes lebih gede di mereka yang nggak pernah ngerokok daripada yang masih ngerokok atau yang udah berhenti. Risiko kematian karena diabetes sendiri juga jauh lebih tinggi di orang yang berat badannya kurang dibandingin yang kelebihan berat badan atau obesitas, diabetes juga bisa menyebabkan stroke.
Penelitian sebelumnya juga udah bilang kalau diabetes bisa menggandakan risiko kematian karena berbagai sebab, tapi angkanya beda-beda tergantung studi. Di negara Barat, studi biasanya ngasih angka HR (Hazard Ratio) antara 1,15 sampai 1,90 buat kematian karena semua sebab yang terkait diabetes. Sementara di negara berkembang, HR bisa lebih gede lagi, kayak 2,00 di Tiongkok daratan dan antara 1,9 sampai 5,4 di Meksiko. Ada meta-analisis terbaru yang juga ngasih HR sebesar 1,69 buat kematian karena semua sebab, baik di Barat maupun Asia. Studi kami yang melibatkan populasi Asia dengan jumlah sampel yang jauh lebih gede memungkinkan buat menganalisis hubungan diabetes dengan berbagai hasil kematian serta variasi yang mungkin ada di populasi Asia. Perbedaan dalam penanganan diabetes di berbagai negara bisa jadi salah satu alasan kenapa hubungan antara diabetes dan kematian ini beda-beda. Banyak pasien diabetes di Asia, terutama yang tinggal di daerah terpencil atau kurang berkembang, gagal mencapai kontrol gula darah yang optimal dan perlindungan pembuluh darah karena akses ke layanan kesehatan, obat-obatan, dan edukasi soal manajemen diabetes yang terbatas.
Untuk kematian karena sebab tertentu, diabetes di Asia menunjukkan risiko yang sangat tinggi untuk kematian akibat diabetes itu sendiri. Risiko yang ditemukan di penelitian kami jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan negara lain. Orang Asia dengan diabetes juga lebih mungkin meninggal karena penyakit ginjal, yang merupakan komplikasi utama dari diabetes, sesuai dengan hasil penelitian di negara-negara berpenghasilan rendah. Ada bukti yang nunjukkin kalau orang Asia lebih rentan terhadap resistensi insulin, diabetes tipe 2 dini, dan diabetes yang nggak ada hubungannya dengan obesitas serta gangguan metabolik lainnya seperti hipertensi, hiperlipidemia, dan obesitas visceral dibandingkan orang keturunan Eropa. Fenotipe diabetes khas Asia ini mungkin berkaitan dengan prognosis yang buruk untuk diabetes dan peningkatan risiko komplikasi akut dan kronis seperti ketoasidosis diabetik dan gagal ginjal. Pengembangan dan penerapan program manajemen diabetes yang spesifik untuk Asia bisa bantu mengurangi angka kematian akibat diabetes dan komplikasinya.
Sesuai dengan laporan sebelumnya dari ACC dan penelitian Asia lainnya, diabetes juga terkait dengan peningkatan risiko kematian akibat kanker. Dalam analisis khusus, kami menemukan hubungan positif dengan kanker hati, pankreas, dan payudara, yang mungkin berkaitan dengan resistensi insulin dan obesitas. Temuan lain menunjukkan hubungan positif diabetes dengan risiko kematian akibat gangguan hati, penyakit terkait pankreas, kantong empedu, saluran empedu, infeksi, dan gangguan mental, yang didukung oleh penelitian sebelumnya. Patogenesis diabetes tipe 2 melibatkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin oleh disfungsi sel β. Sekresi insulin dimodulasi oleh interaksi antara pankreas dengan organ dan jaringan lain seperti hati, otak, saluran pencernaan, jaringan adiposa, dan otot. Temuan kami menunjukkan peningkatan risiko kematian akibat penyakit pada organ dan jaringan yang terkait insulin di antara pasien diabetes, menyoroti efek diabetes yang rumit dan perlunya strategi perawatan kesehatan yang komprehensif untuk manajemen diabetes dan komplikasinya.
Kami juga menemukan kalau hubungan antara diabetes dan kematian di Asia bervariasi tergantung jenis kelamin, umur, dan BMI, sesuai dengan temuan penelitian sebelumnya. Ada satu studi yang bilang kalau perbedaan jenis kelamin dalam hubungan antara diabetes dan kematian mungkin ada hubungannya sama hormon seks seperti estrogen dan androgen. Risiko relatif yang lebih tinggi di antara cewek daripada cowok, terutama untuk kematian akibat penyakit kardiovaskular dan ginjal, mungkin mencerminkan ketidaksetaraan gender dalam perawatan diabetes. Bahkan di negara maju, pasien cewek lebih kecil kemungkinannya daripada pasien cowok buat menerima perawatan yang optimal dan mematuhi pengobatan yang direkomendasikan. Temuan kami juga menunjukkan kalau hubungan antara diabetes dengan risiko kematian lebih kuat pada populasi yang lebih muda daripada yang lebih tua, sesuai dengan penelitian sebelumnya. Diabetes tipe 2 yang muncul lebih awal lebih erat kaitannya dengan komplikasi kardiovaskular makrovaskular daripada diabetes yang muncul belakangan. Mengingat prevalensi diabetes dini yang terus meningkat di Asia, beban kematian dini akibat diabetes diproyeksikan bakal terus meningkat dalam waktu dekat. Selain itu, risiko kematian akibat diabetes jauh lebih kuat di antara individu yang berat badannya kurang di Asia, yang mungkin mencerminkan keparahan diabetes dan/atau komplikasi akibat manajemen penyakit yang buruk. Perbedaan signifikan dalam hubungan diabetes dan kematian berdasarkan karakteristik individu ini nunjukkin pentingnya perhatian lebih buat kelompok rentan seperti cewek dan pasien muda atau yang berat badannya kurang dalam menerapkan rencana manajemen diabetes di tingkat populasi.
Kekuatan dan Keterbatasan
Sejauh yang kami tahu, ini adalah investigasi prospektif terbesar tentang dampak diabetes pada kematian di antara populasi Asia. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang kebanyakan terbatas pada individu Asia dari negara maju, populasi penelitian kami mencakup individu Asia dari berbagai negara dan wilayah dengan tingkat pembangunan ekonomi yang berbeda-beda. Ukuran sampel yang besar dan ketersediaan data partisipan individu lebih dari 1 juta orang Asia dari 22 studi kohort prospektif memberikan kekuatan statistik yang besar buat menilai variasi potensial dalam hubungan diabetes dan kematian berdasarkan karakteristik partisipan.
Tapi, kami juga sadar kalau studi ini punya beberapa keterbatasan. Pertama, data tentang diagnosis diabetes oleh dokter dilaporkan sendiri di awal. Ada kemungkinan beberapa pasien yang nggak tahu mereka punya diabetes di awal atau didiagnosis dengan diabetes selama tindak lanjut kohort jadi salah klasifikasi ke dalam kelompok referensi, yang bisa bikin hubungan jadi melemah. Validitas data yang dilaporkan sendiri dalam klasifikasi diabetes menunjukkan sensitivitas sekitar 62% dan spesifisitas sekitar 99% di beberapa kohort yang berpartisipasi. Dengan prevalensi diabetes yang relatif rendah di populasi Asia, sensitivitas yang rendah punya dampak yang lebih kecil pada hasil studi daripada spesifisitas yang rendah. Kedua, survei awal dilakukan pada periode waktu yang berbeda (1963-2006); jadi, hasil kami berpotensi dipengaruhi oleh perubahan terbaru dalam diagnosis dan pengobatan diabetes serta transisi gaya hidup di beberapa negara Asia. Buat meminimalkan potensi efek waktu dan periode, model kami dikelompokkan berdasarkan tahun pendaftaran kohort dan tahun kelahiran peserta. Studi masa depan yang menggunakan data yang lebih baru tentang diagnosis diabetes, pengobatan, dan faktor gaya hidup bisa lebih lanjut ngevaluasi hubungan diabetes dengan hasil kematian di Asia. Ketiga, kami nggak bisa ngegantiin kemungkinan pengaruh dari sisa faktor pengganggu pada hasil studi kami, karena data pada beberapa faktor pengganggu potensial nggak dikumpulkan dari beberapa anggota kohort dan, dengan demikian, nggak bisa disesuaikan dalam studi kami. Keempat, peserta kami mungkin nggak sepenuhnya mewakili setiap negara atau wilayah. Khususnya, sebagian besar kohort yang berpartisipasi berasal dari Asia Timur; jadi, jumlah individu Asia Selatan relatif kecil. Selain itu, hanya individu yang jadi peserta kohort ACC yang disertakan dalam analisis. Tapi, kami menemukan estimasi risiko yang sebanding dan pola yang sama dari hubungan diabetes dan kematian di setiap negara atau wilayah dibandingin laporan sebelumnya, jadi ada jaminan untuk validitas eksternal keseluruhan dari temuan kami.
Kesimpulan
Epidemi diabetes di Asia bakal terus nambah, jadi makin banyak orang Asia yang harus hidup dengan diabetes dan segala komplikasinya. Diabetes ini secara signifikan ningkatin risiko kematian dini dari berbagai penyakit di kalangan orang Asia, terutama buat cewek dan pasien yang kena penyakit ini dari usia muda. Temuan kita nunjukin kalau ada kebutuhan mendesak buat bikin program manajemen diabetes yang bener-bener sesuai sama kondisi di Asia dan pastiin program ini diterapin dengan kuat di Asia.
Referensi :
Yang, J. J., Yu, D., Wen, W., Saito, E., Rahman, S., Shu, X. O., Chen, Y., Gupta, P. C., Gu, D., Tsugane, S., Xiang, Y. B., Gao, Y. T., Yuan, J. M., Tamakoshi, A., Irie, F., Sadakane, A., Tomata, Y., Kanemura, S., Tsuji, I., Matsuo, K., … Zheng, W. (2019). Association of Diabetes With All-Cause and Cause-Specific Mortality in Asia: A Pooled Analysis of More Than 1 Million Participants. JAMA network open, 2(4), e192696. https://doi.org/10.1001/jamanetworkopen.2019.2696
Tidak ada komentar untuk "Hubungan Diabetes dengan Kematian Akibat Semua Penyebab dan Penyebab Spesifik di Asia"
Posting Komentar